MUI nilai ustaz pesohor kurang mendidik publik. Industri pertelevisian Tanah Air melahirkan sejumlah ustaz pesohor yang dikenal publik. Berbekal ilmu agama yang dimilikinya, para ustaz pesohor itu berdakwah di layar kaca dengan ciri dan gayanya masing-masing.
Tak jarang, ustaz pesohor itu berlaku bak layaknya seorang selebritis yang kerap diliput infotainmen. Gosip seputar kehidupan pribadinya pun kerap diburu para pekerja infotainmen.
Isu perselingkuhan dan gaya hidup 'wah' layaknya seorang selebritis seperti tak asing lagi menerpa mereka. Untuk meraih simpati publik, mereka tak jarang menggunakan canda dan guyonan dalam ceramahnya.
Hal itu terkadang mengakibatkan inti dakwah yang seharusnya disampaikan tak dapat dicerna publik. Penampilan mereka di layar kaca semakin mudah dilihat seiring datangnya bulan Ramadan.
Berbeda dengan ustaz 'kampung' yang hanya dibayar dengan besek atau kadang hanya ucapan terimakasih, ustaz pesohor justru mendapat bayaran jutaan rupiah. Lantas bagaimana tanggapan Majelis Ulama Indonesia (MUI) terhadap fenomena ustaz pesohor?
"Dakwah mereka kurang mengena dan mendidik masyarakat. Misalnya, gayanya, tema dakwah yang disampaikannya juga ada yang tidak ada isinya alias hanya becanda saja itu tidak akan memperbaiki akhlak masyarakat, penampilan dan kata-kata yang dipakai juga terlalu fulgar," kata Ketua MUI, Ma'ruf Amin kepada merdeka.com, Jumat (3/8).
Menurutnya, berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan MUI soal ustaz pesohor diperoleh hasil pemahaman dan metode dakwah yang disampaikan mereka perlu diperbaiki. Sebab, dakwah yang disampaikan mereka akan berpengaruh kepada umat.
Atas dasar itu, MUI telah menyiapkan sebuah program pelatihan kepada ustaz pesohor. "Kami akan mengadakan training pelatihan kepada ustaz yang sering tampil di televisi supaya membawa perbaikan, jadi tidak sekedar seperti hiburan, tapi memiliki edukasi," kata dia.
Dia menilai, gaya 'baru' yang para ustaz pesohor dalam berdakwah tak lepas dari tuntutan masyarakat. Sebab, kebanyakan masyarakat menyukai ceramah yang bersifat jenaka dan tidak serius.
"TV juga kan maunya ustaz yang digemari masyarakat. Tapi yang penting arahannya sehingga mereka tidak hanya sekedar mengikuti tuntutan masyarakat saja tapi juga memberi perubahan kepada masyarakat melalui dakwahnya," kata dia.
Sementara, mengenai gaya hidup 'wah' dan gosip miring yang kerap menimpa para ustaz pesohor, dia mengatakan seorang ustaz harus menjauhkan dirinya dari sesuatu yang tak baik. Karena, karena ustaz adalah ujung tombak agama untuk memberi pencerahan kepada masyarakat.
"Kalau mereka melakukan hal-hal yang seperti itu nanti masyarakat juga akan menilai dan tak akan respect. Kita menilai yang penting ustaz itu jangan menyimpang," kata dia.
sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/mui-nilai-ustaz-pesohor-kurang-mendidik-publik.html
MUI nilai ustaz pesohor kurang mendidik publik. Industri pertelevisian Tanah Air melahirkan sejumlah ustaz pesohor yang dikenal publik. Berbekal ilmu agama yang dimilikinya, para ustaz pesohor itu berdakwah di layar kaca dengan ciri dan gayanya masing-masing.
Tak jarang, ustaz pesohor itu berlaku bak layaknya seorang selebritis yang kerap diliput infotainmen. Gosip seputar kehidupan pribadinya pun kerap diburu para pekerja infotainmen.
Isu perselingkuhan dan gaya hidup 'wah' layaknya seorang selebritis seperti tak asing lagi menerpa mereka. Untuk meraih simpati publik, mereka tak jarang menggunakan canda dan guyonan dalam ceramahnya.
Hal itu terkadang mengakibatkan inti dakwah yang seharusnya disampaikan tak dapat dicerna publik. Penampilan mereka di layar kaca semakin mudah dilihat seiring datangnya bulan Ramadan.
Berbeda dengan ustaz 'kampung' yang hanya dibayar dengan besek atau kadang hanya ucapan terimakasih, ustaz pesohor justru mendapat bayaran jutaan rupiah. Lantas bagaimana tanggapan Majelis Ulama Indonesia (MUI) terhadap fenomena ustaz pesohor?
"Dakwah mereka kurang mengena dan mendidik masyarakat. Misalnya, gayanya, tema dakwah yang disampaikannya juga ada yang tidak ada isinya alias hanya becanda saja itu tidak akan memperbaiki akhlak masyarakat, penampilan dan kata-kata yang dipakai juga terlalu fulgar," kata Ketua MUI, Ma'ruf Amin kepada merdeka.com, Jumat (3/8).
Menurutnya, berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan MUI soal ustaz pesohor diperoleh hasil pemahaman dan metode dakwah yang disampaikan mereka perlu diperbaiki. Sebab, dakwah yang disampaikan mereka akan berpengaruh kepada umat.
Atas dasar itu, MUI telah menyiapkan sebuah program pelatihan kepada ustaz pesohor. "Kami akan mengadakan training pelatihan kepada ustaz yang sering tampil di televisi supaya membawa perbaikan, jadi tidak sekedar seperti hiburan, tapi memiliki edukasi," kata dia.
Dia menilai, gaya 'baru' yang para ustaz pesohor dalam berdakwah tak lepas dari tuntutan masyarakat. Sebab, kebanyakan masyarakat menyukai ceramah yang bersifat jenaka dan tidak serius.
"TV juga kan maunya ustaz yang digemari masyarakat. Tapi yang penting arahannya sehingga mereka tidak hanya sekedar mengikuti tuntutan masyarakat saja tapi juga memberi perubahan kepada masyarakat melalui dakwahnya," kata dia.
Sementara, mengenai gaya hidup 'wah' dan gosip miring yang kerap menimpa para ustaz pesohor, dia mengatakan seorang ustaz harus menjauhkan dirinya dari sesuatu yang tak baik. Karena, karena ustaz adalah ujung tombak agama untuk memberi pencerahan kepada masyarakat.
"Kalau mereka melakukan hal-hal yang seperti itu nanti masyarakat juga akan menilai dan tak akan respect. Kita menilai yang penting ustaz itu jangan menyimpang," kata dia.
sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/mui-nilai-ustaz-pesohor-kurang-mendidik-publik.html
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar